PPHK – Cara Terbaik Menyayangi Anak-Anak Yatim
Cara Terbaik Menyayangi Anak-Anak Yatim
Para anak yatim harus tetap kita perhatikan keadaannya, sehingga kita akan mendapatkan keutamaan serta kemuliaan berkat sikap peduli kepada mereka.
Ketika menyantuni anak yatim, seyogyanya kita niatkan pula untuk keluarganya. Sebab, jika dikhususkan untuk si yatim, maka keluarganya seperti ibu atau perawatnya tidak boleh (haram) ikut menikmatinya.
Padahal bisa jadi mereka juga termasuk membutuhkan santunan itu dan lebih bisa memanfaatkannya agar menjadi santunan yang produktif.
Mari kita dalami keutamaan menyantuni anak yatim.
1. Terbebas dari golongan pendusta agama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ، فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.”
(QS Al-Ma’un : 1-2).
Termasuk dari sikap mendustakan agama adalah tidak semata-mata masa bodoh dengan nasib si yatim, tapi juga tega memakan hartanya serta bersikap sewenang-wenang.
Tentang memakan harta anak yatim, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyampaikan ancaman-Nya dengan berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Neraka).”
(QS An-Nisaa’ : 10)
Terkait larangan bersikap sewenang-wenang kepada si yatim, disebutkan dalam Al-Qur’an surah Ad-Dhuha ayat 9 :
فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
Maka, saat kita ikut ambil bagian dalam meringankan beban hidup seorang yatim, baik berupa harta, pakaian, makanan, minuman, atau ilmu pengetahuan, kita terbebas dari golongan para pendusta agama.
2. Menjadi orang yang dekat dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا ، وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.”
(HR. Bukhari).
Semua orang menginginkan kedudukan semacam ini. Jangan kita sia-siakan kesempatan untuk ikut menyantuni sesuai kemampuan yang kita miliki.
3. Hati menjadi lembut dan penuh welas asih.
Dikisahkan, seorang sahabat datang kepada Nabi Muhammad ﷺ, ia mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya padanya: “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu dapat terpenuhi?” Selanjutnya, Nabi memberikan pesan berupa amalan agar hati menjadi lembut,
اِﻣْﺴَﺢْ ﺭَﺃْﺱَ اﻟﻴَﺘِﻴْﻢِ ﻭَﺃَﻃْﻌِﻢِ اﻟﻤِﺴْﻜِﻴْﻦ
“Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.”
Mengusap kepala anak yatim adalah bentuk hubungan sosial yang merekatkan persaudaraan antara si yatim dan orang tua asuhnya. Di dalam sikap ini terkandung cinta dan kasih sayang yang mampu menghilangkan kegundahannya, serta dapat menarik pahala.
Rasul ﷺ bersabda :
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ
“Siapa yang mengusap kepala anak yatim hanya karena Allah, maka dengan setiap rambut yang dilewati tangannya, Allah berikan beberapa kebaikan…”
(HR Ahmad)
Selain itu, saat mengusap kita dianjurkan berdoa :
جَبَرَ اللّٰهُ يُتْمَكَ وَجَعَلَكَ خَلَفًا مِنْ أَبِيْكَ
“Semoga Allah memberikan ganti atas keyatiman mu dan menjadikan mu pengganti (yang baik) bagi ayahmu.”
4. Sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan baik.
Inilah rumah yang penuh berkah di mana penghuninya bersedia menyediakan kebutuhan bagi yatim.
Ia beri makan dan minum seperti apa yang mereka makan serta minum. Ia sediakan tempat istirahat, kesempatan untuk belajar, agar menjadi insan yang bermanfaat. Rasulullah ﷺ bersabda :
خَيْرُ بَيْتٍ فِي اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُحْسِنُ اِلَيْهِ وَ شَرُّ بَيْتٍ فِي اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُسَاءُ اِلَيْهِ
“Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.”
(HR Ibnu Majah)
Ingat-ingatlah mereka seperti kita mengingat kehidupan Nabi Muhammad ﷺ yang sejak dalam kandungan ibunya sudah ditinggal wafat oleh sang ayah. Ketika masih kecil ditinggal wafat oleh sang bunda.
Semoga Allah Ta’ala memberi kemampuan kepada kita untuk menyayangi dan menyantuni anak yatim agar dapat meraih kemuliaan disisi Allah Ta’ala dan rasul-Nya.
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil