Fasal 29 : Syarat Al-Fatihah
(فصل ) شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض ، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها ذكر أجنبي .
Syuruuthul Faatihati ‘Asyarotun : Attartiibu , Wal-Muwaalatu , Wamuroo’atu Huruufihaa ,Wamuroo’atu Tasydiidaatihaa , Wa An Laa Yaskuta Saktatan Thowiilatan Walaa Qoshiirotan Yaqshidu Bihaa Qoth’al Qirooati , Wa’adamullahnil Mukhilla Bilma’naa , Wa An Takuuna Haalatal Qiyaami Fil Fardhi , Wa An Yusmi’a Nafsahul Qirooata , Wa An Laa Yatakhollalahaa Dzikrun Ajnabiyyun .
Cara Membaca/Memaknai dalam Bahasa Jawa :
FASHLUN “Utawi ikilah fasal” SYURUUTHUL FAATIHATI “Utawi piro-piro syarat Fatihah” Iku ‘ASYAROTUN “sepuluh” ATTARTIBU “sawiji iku tertib” WAL MUWAALATU “Lan nuli-nuli” WA MUROO’AATU HURUUFIHAA “Lan ngreksa piro-piro hurufe Fatihah” WA MUROO’AATU TASYDIIDAA TIHAA “Lan ngreksa Ing piro-piro tasydide Fatihah” WA AN LAA YASKUTA “Lan ora kena meneng sopo wong” SAKTATAN THOWIILATAN “kelawan mandeg kang sue” WALAA QOSHIIROTAN “Lan ora meneng kang sedelat” YAQSHUDU “kang neja sopo wong” BIHAA “kelawan meneng” QOTH’AL QIROOATI “Ing medot bacaan” WA QIROOATU KULLI AAYAATIHAA “Lan maca saben-saben piro-piro ayate Fatihah” WA MINHAA “lan setengah saking ayate Fatihah” Opo ALBASMALATU “basmalah” WA’ADAMULLAHNI “Lan ora anane pepeladan kang nekadaken” BIL MA’NAA “kelawan makna” WA AN TAKUUNA “Lan nyenta ana opo Fatihah” HAA LATALQIYAAMI “Ing dalem tingkah ngadeg” FIL FARDHI “Ing dalem sholat fardhu” WA AN YUSMI’A “Lan nyenta ngerunguaken sopo wong” NAFSAHU “Ing awak deweke wong” ALQIROOATA “Ing bacaane wong” WA AN LAA YATAKHOLLALAHAA “Lan nyenta ora kena nyela-nyelani Ing Fatihah” Opo DZIKRUN “Dzikir” AJNABIYYUN “kang wenang”
Arti/Makna dlam Bahasa Indonesia :
Syarat-syarat Fatihah yaitu 10 : Tertib , dan berturut-turut , dan memelihara segala hurufnya , dan memelihara segala tasydidnya , dan bahwa jangan ia (orang yg sholat) diam dengan diam yg panjang dan tidak pula yg pendek yg ia bermaksud dengannya memutuskan bacaan , dan tiada salah bacaan yg dengan merusakkan makna , dan bahwa dibaca Fatihah itu ketika berdiri , pada sholat Fardhu, dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan bacaan , dan bahwa tidak menyelangi akan Fatihah oleh dzikir yg lain.
Syarh atau Penjelasan Kitab Safinatun Naja :
Syarat Al-Fatihah
Syarat Al-Fatihah ada sepuluh (10) yaitu adalah sebagai berikut :
*Pertama, harus tartib. Artinya dibaca secara runtut/urut sesuai dengan runtutan ayat-ayat yang ada dalam surah Al-Fatihah.
*Kedua, mulat (berturut-turut/berkesinambungan). Artinya satu ayat dengan ayat yang lain tidak ada yang menyela-nyelai, seperti membaca dzikir lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan shalat di antara bacaan ayat-ayat surah al-fatihah.
*Ketiga, menjaga secara keseluruhan huruf-huruf yang terdapat dalam surah al-fatihah. Diketahui bahwa huruf yang ada dalam surah al-fatihah berjumlah 138 huruf, dan semuanya harus dijaga dengan cara membacanya yang benar dan sesuai dengan tempat dan letaknya huruf-huruf itu keluar dari mulut dan tenggorokan seseorang (makharij al-huruf).
*Keempat, menjaga bacaan tasydid yang ada di segenap huruf-huruf surah al-fatihah. Dalam artian, tidak boleh melewatkan satu bacaan tasydid pun yang ada dalam surat Al-Fatihah.
*Kelima, tidak boleh berdiam diri cukup lama. Tapi jika ada udzur, seperti lupa atau tidak tahu atau batuk dan semua yang tidak atas kehendak sendiri, maka tidak merusak kesahan shalat.
*Keenam, tidak boleh diam sebentar yang bertujuan memutus bacaan.
*Ketujuh, membaca seluruh ayat-ayat yang ada di dalam surah al-fatihah, dan di antara yang termasuk dalam surah al-fatihah adalah ayat Basmalah. Sebab Nabi sendiri menganggap Basmalah sebagai bagian dari ayat dari surah al-fatihah, diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dan keduanya meniali bahwa hadits tersebut adalah sahih.
*Kedelapan, tidak boleh membaca ayat-ayat secara pelo yang dapat merusak makna yang terkandung di dalam kalimat-kalimat yang ada dalam ayat. Sebab berubahnya cara baca akan merubah kanduangan maknanya.
*Kesembilan, membaca dengan cara berdiri pada saat melaksanakan shalat fardhu. Sudah barang tentu persyaratan ini bagi orang-orang yang mampu melaksanannya. seseorang dapat mendengarkan seluruh bacaannya secara komprehensif dari awal sampai akhir. Maksudnya Saat membaca surat Al-Fatihah itu harus di lafalkan dengan mulut dan terdengar minimal oleh telinga kita sendiri.
*Kesepuluh, tidak boleh menyisipkan atau menyela-nyelai bacaan dzikir lain di tengah-tengah bacaan ayat-ayat al-fatihah. Kecuali dzikir yang ada kaitannya dengan kemaslahatan shalat, seperti bacaan aamiin bagi makmum yang sedang berjamaah.
Catatan : setiap huruf, tasydid, dan harokat dari surat Al-Fatihah tidak boleh dikurangkan atau dilebihkan. Dan saat membaca surat Al-Fatihah itu harus di ucapkan dengan mulut dan harus terdengar minimal oleh telinga kita sendiri, karena Al-fatihah adalah termasuk rukun Qouli. Jadi TIDAK BOLEH membacanya hanya di dalam hati saja