Shahih Bukhari Muslim: Mahakarya Hadis Paling Otentik dalam Islam
Pendahuluan
Dalam sejarah peradaban Islam, hadis menempati posisi yang sangat penting setelah Al-Qur’an. Hadis berfungsi sebagai penjelas, penguat, dan pelengkap terhadap ajaran Al-Qur’an, sehingga menjadi sumber hukum Islam kedua yang paling utama. Di antara ribuan koleksi hadis yang tersebar di berbagai kitab, dua kitab yang paling menonjol dan diakui keabsahannya oleh seluruh ulama adalah Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Kedua karya besar ini sering disebut dengan istilah Shahihain (dua kitab sahih), dan menjadi rujukan utama dalam memahami ajaran Rasulullah ﷺ.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai sejarah penyusunan kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, biografi kedua penyusunnya, metode seleksi hadis, keistimewaan masing-masing kitab, serta pengaruh besar keduanya dalam dunia Islam.
1. Biografi Imam al-Bukhari
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari. Ia lahir di kota Bukhara (sekarang termasuk wilayah Uzbekistan) pada 13 Syawal 194 H (810 M). Sejak kecil, al-Bukhari sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa dan ketekunan dalam menuntut ilmu. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga ia dibesarkan oleh ibunya yang salehah dan sangat memperhatikan pendidikan agamanya.
Al-Bukhari mulai menghafal hadis sejak usia dini. Ketika berusia 10 tahun, ia sudah hafal ribuan hadis dengan sanadnya. Pada usia 16 tahun, ia melakukan perjalanan ilmiah (rihlah ilmiyyah) ke berbagai kota besar di dunia Islam seperti Makkah, Madinah, Basrah, Kufah, Baghdad, Mesir, dan Syam untuk berguru kepada para ulama hadis terkemuka. Dalam perjalanan ini, ia berhasil mengumpulkan lebih dari 600.000 hadis dari ribuan guru.
Kecermatan dan kehati-hatian Imam al-Bukhari dalam menilai hadis membuatnya dikenal sebagai salah satu muhaddis (ahli hadis) paling terpercaya dalam sejarah Islam. Beliau wafat pada tahun 256 H (870 M) di sebuah desa dekat Samarkand bernama Khartank, dalam keadaan menjaga ilmunya dengan kehormatan dan ketulusan.
2. Biografi Imam Muslim
Nama lengkap beliau adalah Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia lahir di kota Naisabur (Iran Timur) pada tahun 206 H (821 M), sekitar dua belas tahun setelah kelahiran Imam al-Bukhari. Seperti gurunya, Imam Muslim dikenal memiliki kecerdasan luar biasa dan integritas tinggi dalam meriwayatkan hadis.
Sejak muda, Imam Muslim menempuh perjalanan panjang untuk menuntut ilmu ke berbagai kota seperti Hijaz, Irak, dan Mesir. Ia berguru kepada banyak ulama besar, termasuk Imam al-Bukhari, yang sangat dikaguminya. Hubungan guru dan murid ini berlangsung dengan penuh rasa hormat, meskipun di akhir hayat Imam al-Bukhari sempat mengalami fitnah ilmiah yang membuat sebagian muridnya menjauh, termasuk Imam Muslim, demi menjaga objektivitas ilmiah.
Imam Muslim mengabdikan seluruh hidupnya untuk menghimpun hadis-hadis sahih. Ia wafat pada tahun 261 H (875 M) dalam usia sekitar 55 tahun, meninggalkan warisan monumental berupa Shahih Muslim, kitab yang menjadi salah satu karya terbesar dalam sejarah keilmuan Islam.
3. Latar Belakang Penyusunan Shahih al-Bukhari
Imam al-Bukhari mulai menyusun Shahih-nya setelah mendengar saran dari gurunya, Ishaq bin Rahuyah, yang berkata:
“Seandainya ada seseorang yang menghimpun kitab hadis sahih dari Rasulullah ﷺ.”
Ucapan itu membekas dalam hati al-Bukhari. Maka, ia pun bertekad untuk menghimpun hadis-hadis yang benar-benar sahih saja, tanpa mencampurkan dengan hadis daif atau lemah. Dalam prosesnya, Imam al-Bukhari memeriksa dengan ketat setiap hadis, termasuk sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadis).
Setiap kali hendak mencatat satu hadis dalam kitabnya, ia melaksanakan salat dua rakaat dan berdoa kepada Allah agar diberi petunjuk untuk menulis hanya hadis yang benar-benar sahih. Ia juga memastikan bahwa setiap perawi dalam sanad benar-benar dikenal sebagai orang yang adil, kuat hafalannya, serta memiliki hubungan langsung dalam periwayatan (pertemuan langsung).
Setelah melalui proses panjang selama 16 tahun, lahirlah karya besar “al-Jami’ al-Shahih” atau yang lebih dikenal sebagai Shahih al-Bukhari. Kitab ini memuat sekitar 7.275 hadis (termasuk pengulangan), dan sekitar 2.600 hadis tanpa pengulangan.
4. Latar Belakang Penyusunan Shahih Muslim
Imam Muslim, yang merupakan murid Imam al-Bukhari, terinspirasi oleh metode gurunya. Namun, ia mengembangkan sistematika yang berbeda. Dalam menyusun Shahih Muslim, ia menekankan keteraturan dan pengelompokan hadis berdasarkan tema, serta menghindari pengulangan.
Imam Muslim hanya mencantumkan hadis-hadis yang menurutnya sahih dengan kriteria yang sangat ketat. Ia tidak memasukkan hadis-hadis hasan atau yang memiliki sedikit kelemahan. Setiap hadis dalam kitab Shahih Muslim disusun dengan urutan yang logis dan sistematis, sehingga mudah dipelajari oleh penuntut ilmu.
Kitab Shahih Muslim memuat sekitar 5.630 hadis (termasuk pengulangan), dengan jumlah hadis tanpa pengulangan sekitar 4.000 hadis. Penyusunan kitab ini juga dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan pengabdian, menjadikannya salah satu karya ilmiah paling teliti dalam sejarah manusia.
5. Metodologi dan Kriteria Kesahihan Hadis
a. Kriteria Imam al-Bukhari
Imam al-Bukhari mensyaratkan beberapa hal agar suatu hadis dapat dimasukkan ke dalam kitabnya:
Ketersambungan sanad (ittisal al-sanad) – setiap perawi harus mendengar langsung dari gurunya.
Keadilan perawi (adil) – perawi harus dikenal saleh, tidak melakukan dosa besar, dan tidak dikenal sebagai pelaku bid’ah.
Kekuatan hafalan (dhabit) – perawi memiliki daya ingat yang kuat dan teliti.
Tidak bertentangan dengan perawi yang lebih kuat.
Tidak mengandung cacat tersembunyi (illah).
b. Kriteria Imam Muslim
Sementara itu, Imam Muslim memiliki kriteria yang sedikit lebih longgar dalam hal pembuktian pertemuan antar perawi. Selama perawi hidup sezaman dan tidak ada indikasi bahwa mereka tidak pernah bertemu, Imam Muslim tetap menerima riwayat tersebut, asalkan perawi tersebut terkenal tsiqah (terpercaya) dan kuat hafalannya.
Namun demikian, perbedaan ini sangat kecil, dan keduanya tetap bersepakat bahwa hanya hadis-hadis dengan tingkat kesahihan tertinggi yang layak dimasukkan dalam kitab mereka.
6. Keistimewaan Shahih Bukhari dan Muslim
Kedua kitab ini memiliki sejumlah keunggulan yang membuatnya menempati posisi paling tinggi dalam literatur hadis:
Kedudukan tertinggi setelah Al-Qur’an – Ulama sepakat bahwa Shahih al-Bukhari adalah kitab paling sahih setelah Al-Qur’an, disusul oleh Shahih Muslim.
Sistematika penulisan yang rapi – Shahih Muslim dikenal dengan sistematika yang lebih tertata, sementara Shahih al-Bukhari unggul dalam kedalaman analisis dan ketelitian sanad.
Menjadi rujukan hukum Islam – Kedua kitab ini menjadi dasar bagi penetapan hukum syariat dalam berbagai mazhab.
Kehati-hatian ilmiah – Setiap hadis yang ditulis telah melalui verifikasi yang ketat dari ribuan riwayat yang dikumpulkan.
Warisan ilmiah abadi – Hingga kini, Shahihain dipelajari di seluruh dunia Islam dan menjadi pedoman dalam studi hadis di universitas dan pesantren.
7. Pengaruh Shahih Bukhari Muslim dalam Dunia Islam
Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim memiliki pengaruh yang luar biasa dalam perkembangan ilmu keislaman. Tidak hanya dalam bidang hadis, tetapi juga dalam tafsir, fikih, sejarah, dan teologi.
Para ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa hadis-hadis dalam kedua kitab ini dapat dijadikan hujah (dalil) tanpa perlu verifikasi ulang. Bahkan, banyak kitab syarah (penjelasan) yang disusun untuk memahami kandungan keduanya, seperti:
“Fath al-Bari” karya Ibnu Hajar al-Asqalani, syarah paling terkenal dari Shahih al-Bukhari.
“Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim” karya Imam an-Nawawi, yang menjelaskan secara rinci hadis-hadis dalam Shahih Muslim.
Selain itu, hadis-hadis dalam Shahihain juga menjadi dasar pendidikan moral dan spiritual dalam masyarakat Muslim, membentuk pemahaman yang benar tentang ajaran Nabi Muhammad ﷺ.
8. Perbandingan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
Aspek | Shahih al-Bukhari | Shahih Muslim |
---|---|---|
Penyusun | Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari | Imam Muslim bin al-Hajjaj |
Jumlah Hadis | ±7.275 (dengan pengulangan) | ±5.630 (dengan pengulangan) |
Durasi Penyusunan | 16 tahun | Beberapa tahun (lebih singkat) |
Metode Pemilihan | Sangat ketat, perawi harus terbukti bertemu | Lebih longgar dalam bukti pertemuan |
Struktur Kitab | Berdasarkan bab fikih dan tema | Berdasarkan tema dengan urutan sistematis |
Kedudukan | Paling sahih setelah Al-Qur’an | Urutan kedua setelah Shahih Bukhari |
9. Keteladanan dari Imam Bukhari dan Imam Muslim
Kedua imam ini menjadi teladan dalam integritas, kejujuran ilmiah, dan pengabdian kepada agama. Mereka tidak mencari popularitas atau keuntungan duniawi, melainkan semata-mata mengharapkan keridaan Allah.
Imam al-Bukhari dikenal sangat zuhud (sederhana) dan menjauhi urusan politik. Ketika terjadi fitnah antara ulama di zamannya, ia memilih diam dan tetap fokus menulis. Sedangkan Imam Muslim wafat karena terlalu tekun meneliti hadis; dikisahkan ia meninggal setelah berhari-hari mengkaji hadis tanpa istirahat cukup.
Dari keduanya kita belajar makna ketulusan dalam menuntut ilmu, serta pentingnya menjaga amanah ilmiah dalam menyampaikan ajaran agama.
10. Penutup
Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim merupakan dua permata besar dalam khazanah keilmuan Islam. Kedua kitab ini bukan sekadar kumpulan hadis, melainkan simbol dari ketelitian, kejujuran, dan ketakwaan dalam menjaga warisan Rasulullah ﷺ. Melalui kerja keras para ulama besar ini, umat Islam di seluruh dunia dapat memahami sunnah Nabi dengan lebih jelas dan otentik.
Keberadaan Shahihain menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, kejujuran, dan kehati-hatian dalam menyampaikan kebenaran. Hingga hari ini, lebih dari seribu tahun setelah disusun, kedua kitab ini tetap menjadi cahaya ilmu yang menerangi perjalanan umat dalam meneladani Rasulullah ﷺ.
Unduh Terjemah Kitab Shahih Bukhari dan Muslim DISINI