Bersiwak dalam Islam: Sunnah yang Menjadi Dasar Kesehatan Modern

Bersiwak dalam Islam: Sunnah yang Menjadi Dasar Kesehatan Modern – Kebersihan adalah titik awal bagi kesehatan. Tidak heran jika slogan-slogan kesehatan modern selalu mengangkat pentingnya kebersihan sebagai kunci hidup sehat. Namun, jauh sebelum ilmu kedokteran modern menyoroti pentingnya menjaga kebersihan, Islam telah lebih dahulu menekankan hal ini melalui ajaran thaharah atau bersuci. Salah satu bentuk kebersihan yang sangat ditekankan dalam Islam adalah kebersihan mulut, dan Islam telah memiliki cara yang khas untuk menjaganya: bersiwak.

Bersiwak bukan sekadar rutinitas membersihkan gigi, tetapi merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan, baik secara spiritual maupun kesehatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menganjurkan umatnya untuk bersiwak dan bahkan melakukannya hingga menjelang wafat.

Definisi Siwak

Secara etimologi, siwak (السِّوَاك) berarti alat yang digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut, atau bisa pula berarti perbuatan membersihkan mulut itu sendiri. Dalam terminologi fikih, siwak adalah menggunakan ranting pohon arak (Salvadora persica) — atau alat sejenis yang memiliki fungsi sama — untuk membersihkan mulut dan gigi dari kotoran, plak, serta sisa makanan.

Ulama juga membolehkan penggunaan alat lain yang memiliki fungsi serupa, seperti sikat gigi modern, karena tujuan utamanya adalah kebersihan. Namun, pohon arak tetap memiliki keutamaan tersendiri karena kealamian dan keberkahan yang disebut dalam hadits-hadits Nabi.

Anjuran Bersiwak dalam Sunnah Nabi

Bersiwak termasuk sunnah muakkad, yaitu amalan sunnah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak hadits sahih yang menegaskan keutamaan siwak.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
“Siwak itu menyucikan mulut dan mendatangkan ridha Allah.”
(HR. an-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Bukhari secara mu’allaq; dishahihkan oleh al-Albani)

Hadits ini menunjukkan dua manfaat utama siwak: kebersihan jasmani dan keridhaan Ilahi. Mulut yang bersih bukan hanya baik secara medis, tetapi juga bernilai ibadah karena termasuk amalan yang dicintai Allah.

Dalam riwayat lain, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ، فَإِنَّهُ مَطْيَبَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
“Bersiwaklah kalian, karena ia membaguskan mulut dan mendatangkan ridha Rabb yang Mahasuci lagi Mahatinggi.”
(HR. Ahmad; dishahihkan oleh al-Albani)

Dari dua hadits di atas tampak jelas bahwa bersiwak tidak hanya terkait dengan kebersihan fisik, melainkan juga memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Teladan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Bersiwak

Kisah yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha menunjukkan betapa besar perhatian Rasulullah terhadap siwak bahkan di saat-saat terakhir hidup beliau. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim disebutkan:

“Ketika Abdurrahman bin Abu Bakar masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tengah bersandar di dadaku, ia membawa siwak basah. Nabi memandangnya, lalu aku mengambil siwak itu dari Abdurrahman, melunakkannya dengan gigiku, dan memberikannya kepada Nabi. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat beliau bersiwak sebaik itu sebelumnya. Setelah itu beliau mengangkat tangannya dan berucap, ‘Kepada Ar-Rafiq Al-A‘la’ (teman tertinggi) sebanyak tiga kali, lalu beliau wafat.”

Hadits ini menunjukkan betapa siwak menjadi bagian dari kehidupan Rasulullah hingga akhir hayatnya, menandakan betapa mulianya amalan ini di sisi beliau.

Waktu-Waktu yang Dianjurkan untuk Bersiwak

Menurut Imam an-Nawawi dalam Al-Majmu’, bersiwak disunnahkan setiap waktu, berdasarkan sabda Nabi yang bersifat umum:

“Siwak itu menyucikan mulut dan mendatangkan ridha Rabb.”

Namun, para ulama menegaskan bahwa ada waktu-waktu tertentu di mana bersiwak lebih dianjurkan karena hikmahnya yang lebih besar. Imam an-Nawawi menyebutkan lima waktu utama disunnahkannya bersiwak:

1. Saat Hendak Shalat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ
“Kalau bukan karena aku khawatir memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap shalat.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa siwak sangat dianjurkan sebelum shalat, baik shalat wajib maupun sunnah. Hal ini karena shalat adalah komunikasi langsung dengan Allah, dan kebersihan mulut mencerminkan kesiapan dan adab yang baik dalam beribadah.

2. Saat Akan Berwudhu

Dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Khuzaimah disebutkan:

لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ
“Niscaya aku perintahkan mereka agar bersiwak pada setiap wudhu.”
(Dishahihkan oleh al-Albani)

Bersiwak sebelum berwudhu membantu menyempurnakan kebersihan fisik sekaligus memperkuat kesucian spiritual yang hendak dicapai dengan wudhu.

3. Saat Gigi Menguning atau Kotor

Dalilnya adalah hadits umum: “Siwak itu menyucikan mulut.” Artinya, kapan pun mulut tampak kotor atau gigi mulai menguning, disunnahkan bersiwak agar tetap terjaga kebersihannya.

4. Saat Mulut Berbau Tidak Sedap

Mulut bisa berbau karena berbagai sebab seperti tidur lama, diam terlalu lama, berbicara lama, atau makan makanan beraroma kuat. Dalam hal ini, bersiwak menjadi solusi sunnah untuk mengembalikan kesegaran mulut.

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak.”
(HR. al-Bukhari)

Hal ini menunjukkan bahwa siwak menjadi kebiasaan Nabi setiap kali bangun tidur sebelum beribadah.

5. Saat Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an adalah amalan mulia yang membutuhkan kesucian fisik dan batin. Bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an menunjukkan adab terhadap kalamullah.

Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika seorang hamba bersiwak lalu berdiri shalat, maka malaikat berdiri di belakangnya mendengarkan bacaannya. Malaikat itu mendekat hingga meletakkan mulutnya di atas mulut si hamba. Maka tidaklah keluar satu huruf Al-Qur’an dari mulutnya kecuali masuk ke dalam rongga dada malaikat. Maka sucikanlah mulut-mulut kalian untuk membaca Al-Qur’an.”
(HR. al-Bazzar; dinilai hasan shahih oleh al-Albani)

Adab dan Cara Bersiwak

Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa bersiwak hendaknya dimulai dari sisi kanan mulut, berdasarkan hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “menyukai memulai dengan yang kanan dalam bersuci, bersandal, dan segala urusan.”

Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa jika siwak dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran, maka memulai dari kiri juga tidak mengapa, karena sisi kiri biasanya lebih banyak digunakan untuk membersihkan hal-hal kotor.

Cara bersiwak yang dianjurkan adalah:

  1. Menggunakan batang siwak yang bersih dan tidak terlalu keras.

  2. Menyapukan siwak pada seluruh gigi, gusi, dan bagian dalam pipi secara lembut.

  3. Tidak berlebihan hingga melukai gusi.

  4. Membasuh siwak setelah digunakan dan menyimpannya dengan bersih.

Manfaat Medis dari Bersiwak

Selain nilai spiritual, siwak juga memiliki manfaat kesehatan yang telah dibuktikan oleh penelitian modern. Beberapa manfaatnya antara lain:

  • Mencegah karies gigi dan plak.
    Ekstrak alami dari batang arak mengandung zat antibakteri seperti salvadorine dan fluoride alami.

  • Menguatkan gusi.
    Kandungan alkaloidnya membantu mengencangkan jaringan gusi dan mencegah pendarahan.

  • Menghilangkan bau mulut.
    Siwak berfungsi sebagai penyegar alami yang membunuh bakteri penyebab bau mulut.

  • Merangsang produksi air liur.
    Ini membantu menjaga keseimbangan pH mulut dan mencegah kekeringan rongga mulut.

  • Meningkatkan fokus dan kesegaran.
    Karena merangsang saraf di sekitar mulut dan hidung, siwak bisa memberi efek segar dan meningkatkan konsentrasi.

Tak heran jika siwak kini banyak diteliti oleh ahli kedokteran gigi modern dan bahkan direkomendasikan sebagai alternatif alami pembersih mulut.

Bersiwak: Sunnah yang Menghidupkan Spiritualitas dan Kesehatan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Shalat dengan siwak lebih baik daripada tujuh puluh shalat tanpa siwak.”
(HR. al-Baihaqi; meski sanadnya lemah, maknanya selaras dengan semangat sunnah yang menekankan kebersihan dan kesempurnaan ibadah.)

Ini menunjukkan bahwa bersiwak memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah. Kebersihan mulut bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap ibadah dan komunikasi dengan Sang Khalik.

Penutup

Bersiwak adalah simbol kesempurnaan Islam dalam mengatur kehidupan manusia. Ia menggabungkan unsur spiritual, sosial, dan medis dalam satu amalan sederhana. Islam tidak hanya mengajarkan bersih secara lahir, tetapi juga bersih dalam makna rohani.

Di tengah era modern yang mengampanyekan “kesehatan mulut dan gigi”, umat Islam patut berbangga karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah lebih dahulu mencontohkan hal tersebut lebih dari 14 abad yang lalu. Maka, marilah kita menghidupkan kembali sunnah bersiwak ini, karena dengan itu kita mendapatkan kebersihan, kesehatan, dan ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

About admin

Check Also

Hukum Bersiwak bagi Orang yang Berpuasa Setelah Zawal: Kajian Dalil dan Pendapat Ulama

Hukum Bersiwak bagi Orang yang Berpuasa Setelah Zawal: Kajian Dalil dan Pendapat Ulama

Hukum Bersiwak bagi Orang yang Berpuasa Setelah Zawal: Kajian Dalil dan Pendapat Ulama – Bersiwak merupakan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Logo Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya