Download Terjemah Al-Aqidah al-Islamiyah karya Bashri al-Marghubi: Fondasi Keimanan Umat dalam Perspektif Klasik dan Kontemporer

Download Terjemah Al-Aqidah al-Islamiyah karya Bashri al-Marghubi: Fondasi Keimanan Umat dalam Perspektif Klasik dan Kontemporer – Keimanan merupakan fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Tanpa akidah yang kokoh, seluruh amal ibadah, muamalah, dan akhlak akan kehilangan arah. Salah satu karya penting yang mengulas secara mendalam tentang dasar-dasar akidah Islam adalah Al-‘Aqidah al-Islamiyah karya Syaikh Bashri al-Marghubi, seorang ulama yang dikenal luas karena kemampuan sistematisnya dalam menjelaskan pokok-pokok keimanan dengan bahasa yang mudah, rasional, dan berdasarkan dalil-dalil yang kuat.

Karya ini menempati posisi penting di antara literatur akidah Islam klasik dan modern, karena selain mengulas prinsip-prinsip keimanan yang menjadi pijakan umat Islam, ia juga menampilkan pendekatan rasional dan spiritual yang relevan dengan perkembangan zaman. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pengarangnya, struktur dan isi kitab Al-‘Aqidah al-Islamiyah, metode penyajiannya, serta relevansinya bagi pembinaan keimanan umat Islam masa kini.

Biografi Singkat Bashri al-Marghubi

Syaikh Bashri al-Marghubi adalah seorang ulama asal Marghub, sebuah daerah yang dikenal sebagai pusat keilmuan Islam di dunia Arab. Ia hidup pada masa transisi antara abad ke-19 dan awal abad ke-20, di mana umat Islam menghadapi tantangan besar berupa penjajahan, kemunduran ilmu, dan serangan pemikiran dari dunia Barat. Dalam kondisi seperti itu, Bashri al-Marghubi menaruh perhatian besar terhadap persoalan akidah, karena menurutnya lemahnya keimanan umat menjadi sebab utama kemunduran peradaban Islam.

Beliau menempuh pendidikan dasar agama di madrasah tradisional dan kemudian melanjutkan studinya ke beberapa pusat keilmuan di Mesir dan Hijaz. Di sana ia mendalami ilmu tauhid, tafsir, hadis, ushul fiqh, dan filsafat Islam. Dari perjalanannya, ia menggabungkan dua pendekatan besar: pendekatan salaf yang tekstual dan pendekatan khalaf yang rasional, yang kemudian menjadi ciri khas dalam karya-karyanya.

Syaikh Bashri dikenal sebagai seorang pengajar, penulis, sekaligus pembaharu (mujaddid) yang menyeru umat untuk kembali kepada kemurnian akidah Islam tanpa menolak akal dan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia menulis sejumlah karya dalam bidang tauhid, fikih, dan tasawuf, namun Al-‘Aqidah al-Islamiyah menjadi karya monumental yang paling dikenal dan dijadikan rujukan di berbagai lembaga pendidikan Islam.

Latar Belakang Penulisan Kitab

Penulisan Al-‘Aqidah al-Islamiyah dilatarbelakangi oleh keresahan Bashri al-Marghubi terhadap kondisi umat Islam yang terpecah akibat berbagai paham dan aliran. Ia menyaksikan munculnya fanatisme mazhab, ekstremisme dalam memahami sifat Allah, dan masuknya pengaruh filsafat Barat yang melemahkan keyakinan terhadap wahyu.

Dalam mukadimah kitabnya, beliau menulis bahwa tujuan penyusunan Al-‘Aqidah al-Islamiyah adalah untuk “mengembalikan umat kepada pemahaman tauhid yang lurus sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, tanpa ghuluw (berlebihan) dan tanpa ta’thil (penolakan terhadap sifat Allah).”

Dengan demikian, kitab ini bukan sekadar risalah ilmiah, tetapi juga merupakan seruan dakwah untuk memperbaiki pemahaman umat terhadap pokok keimanan. Kitab ini juga disusun dengan gaya bahasa yang mudah, sistematis, dan menggunakan dalil yang logis agar dapat dipahami oleh kalangan santri, pelajar, maupun masyarakat umum.

Struktur dan Isi Kitab Al-‘Aqidah al-Islamiyah

Secara umum, kitab Al-‘Aqidah al-Islamiyah terdiri dari tiga bagian besar:

  1. Pokok-Pokok Keimanan (Ushul al-Iman)

  2. Sifat-Sifat Allah dan Rasul-Nya

  3. Konsekuensi Iman dan Dampaknya dalam Kehidupan

Setiap bagian disertai dengan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, serta argumentasi rasional yang memperkuat setiap prinsip yang dikemukakan.

1. Ushul al-Iman (Pokok-Pokok Keimanan)

Pada bagian pertama, Bashri al-Marghubi menjelaskan enam rukun iman sebagaimana disebutkan dalam hadis Jibril: iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, dan takdir.

Namun, yang membedakan karya ini dari kitab akidah lainnya adalah kedalaman analisis dan pendekatan rasional yang digunakan. Misalnya, dalam menjelaskan tentang iman kepada Allah, beliau tidak hanya menyebut dalil naqli, tetapi juga dalil aqli. Ia menegaskan bahwa keberadaan Allah dapat dibuktikan melalui keteraturan alam semesta (dalil nizhâm), kesempurnaan ciptaan (dalil itqân), dan kesadaran batin manusia (dalil fitrah).

Dalam pembahasan iman kepada malaikat, beliau menekankan bahwa keimanan kepada makhluk gaib bukan berarti menerima sesuatu tanpa dasar, melainkan mengakui keterbatasan akal manusia. Bashri al-Marghubi menyebutkan, “Akal manusia bagaikan mata yang hanya dapat melihat dalam cahaya; ia akan buta bila menolak bimbingan wahyu.”

2. Sifat-Sifat Allah dan Rasul-Nya

Bagian kedua kitab ini menjadi inti utama pembahasan. Bashri al-Marghubi menguraikan sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah serta bagi para rasul.

Dalam pembahasan tentang sifat-sifat Allah, beliau mengelompokkan sifat-sifat tersebut menjadi tiga bagian:

  • Sifat Zat: seperti Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lil Hawadits, dan Qiyamuhu binafsihi.

  • Sifat Ma‘ani: seperti Qudrah, Iradah, Ilmu, Hayat, Sama‘, Bashar, dan Kalam.

  • Sifat Ma‘nawiyah: yang menunjukkan keberadaan sifat-sifat tersebut secara aktual dalam diri Allah.

Bashri al-Marghubi menolak pemahaman tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) dan juga ta‘thil (menolak sifat Allah). Ia menegaskan posisi ahlussunnah wal jama‘ah yang menempuh jalan tengah, dengan kaidah “tanzih bila ta‘thil wa itsbat bila tasybih” — menyucikan Allah tanpa menolak sifat-Nya dan menetapkan sifat tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk.

Sementara dalam pembahasan sifat para rasul, beliau menegaskan empat sifat wajib (shidiq, amanah, tabligh, fathanah), empat sifat mustahil (kadhib, khianat, kitman, baladah), dan satu sifat jaiz (al-‘aradh al-basyariyah). Ia mengaitkan penjelasan ini dengan realitas kehidupan Nabi Muhammad ﷺ sebagai teladan sempurna bagi umat manusia.

3. Konsekuensi Iman dalam Kehidupan

Pada bagian terakhir, Bashri al-Marghubi menegaskan bahwa iman yang benar harus tercermin dalam perilaku dan amal perbuatan. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-‘Asr bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.

Beliau menjelaskan bahwa iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diwujudkan melalui ketaatan kepada Allah, kasih sayang terhadap sesama, kejujuran dalam muamalah, dan tanggung jawab sosial.

Menurutnya, salah satu sebab utama kemunduran umat Islam adalah terpisahnya antara akidah dan akhlak. Umat banyak berbicara tentang iman, tetapi sedikit yang mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Karena itu, beliau menekankan pentingnya membangun masyarakat yang berakidah kuat, berilmu, dan berakhlak mulia.

Metode dan Pendekatan Penulisan

Salah satu keunggulan kitab Al-‘Aqidah al-Islamiyah adalah metodenya yang komprehensif dan dialogis. Bashri al-Marghubi menggunakan tiga pendekatan utama:

  1. Pendekatan Naqliyah (dalil wahyu): setiap topik didasari oleh ayat Al-Qur’an dan hadis sahih.

  2. Pendekatan Aqliyah (dalil rasional): beliau menggunakan logika sederhana untuk memperkuat argumentasi, misalnya pembuktian wujud Allah melalui keteraturan ciptaan.

  3. Pendekatan Tarbawiyah (pendidikan iman): setiap pembahasan diakhiri dengan hikmah dan pelajaran moral, agar akidah tidak berhenti pada teori tetapi menumbuhkan kesadaran spiritual.

Pendekatan ini menjadikan kitabnya tidak hanya sebagai buku teologi, tetapi juga sebagai panduan moral dan spiritual bagi umat.

Kedudukan dan Pengaruh Kitab

Kitab Al-‘Aqidah al-Islamiyah karya Bashri al-Marghubi menjadi salah satu referensi penting di banyak madrasah dan pesantren di Timur Tengah dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Terjemahan dan syarah (penjelasan) terhadap kitab ini banyak digunakan dalam pembelajaran ilmu tauhid dasar di tingkat menengah dan perguruan tinggi Islam.

Beberapa keunggulan yang membuat kitab ini berpengaruh antara lain:

  • Bahasa yang mudah dipahami oleh pelajar awam sekaligus mendalam bagi kalangan akademisi.

  • Kombinasi antara dalil wahyu dan dalil logika, yang memadukan iman dengan nalar.

  • Penekanannya pada penerapan akidah dalam kehidupan sosial, sehingga tidak bersifat teoritis semata.

Dalam konteks Indonesia, beberapa pesantren tradisional menjadikan kitab ini sebagai pengantar sebelum mempelajari karya akidah yang lebih kompleks seperti Al-Jawharah atau Aqidatul Awam.

Relevansi Al-‘Aqidah al-Islamiyah di Era Modern

Di tengah perkembangan zaman modern yang ditandai dengan materialisme, relativisme moral, dan sekularisasi, pesan-pesan dalam Al-‘Aqidah al-Islamiyah menjadi semakin relevan. Bashri al-Marghubi menekankan bahwa kemajuan ilmu dan teknologi tidak akan membawa manfaat tanpa fondasi iman yang kuat.

Beberapa nilai penting yang bisa diambil dari kitab ini untuk konteks kekinian antara lain:

  1. Keseimbangan antara iman dan akal.
    Dalam dunia yang didominasi sains dan logika, karya ini mengajarkan bahwa akal adalah anugerah Allah yang harus digunakan untuk memperkuat, bukan melemahkan, keyakinan terhadap-Nya.

  2. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
    Bashri al-Marghubi menyeru agar setiap Muslim menjadikan dua sumber utama ini sebagai tolok ukur dalam menilai segala hal, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sosial.

  3. Menjaga kemurnian tauhid dari pengaruh syirik dan bid‘ah.
    Ia mengingatkan agar umat Islam berhati-hati terhadap paham-paham baru yang menodai kemurnian akidah, baik dalam bentuk penyembahan terhadap dunia maupun penyimpangan dalam ibadah.

  4. Akidah sebagai dasar moral dan peradaban.
    Iman yang benar akan melahirkan masyarakat yang adil, jujur, dan berperikemanusiaan. Akidah bukan hanya urusan masjid, tetapi juga pondasi pembangunan sosial dan politik yang sehat.

Kesimpulan

Karya Al-‘Aqidah al-Islamiyah oleh Bashri al-Marghubi merupakan salah satu warisan intelektual Islam yang sangat berharga. Ia bukan sekadar risalah tentang teologi, tetapi juga peta jalan spiritual bagi umat Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan keimanan secara utuh.

Melalui gaya penulisan yang sistematis, argumentatif, dan sarat nilai pendidikan, Bashri al-Marghubi berhasil menjembatani antara pemikiran klasik dan kebutuhan umat modern. Ia mengajarkan bahwa iman yang benar harus dibangun di atas dalil wahyu dan akal sehat, serta diwujudkan dalam amal nyata yang membawa kemaslahatan.

Di tengah tantangan globalisasi, sekularisme, dan krisis spiritual, pesan dalam kitab ini mengingatkan kita bahwa kekuatan Islam bukanlah pada banyaknya jumlah umat, melainkan pada kokohnya akidah mereka. Selama umat Islam berpegang teguh pada akidah yang lurus sebagaimana diajarkan dalam Al-‘Aqidah al-Islamiyah, maka mereka akan tetap menjadi umat yang kuat, berilmu, dan beradab.

About admin

Check Also

Download Terjemah Al-Aqidah al-Tahawiyah karya Imam al-Tahawi: Pilar Akidah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah

Download Terjemah Al-Aqidah al-Tahawiyah karya Imam al-Tahawi: Pilar Akidah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah

Download Terjemah Al-Aqidah al-Tahawiyah karya Imam al-Tahawi: Pilar Akidah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah – Dalam sejarah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Logo Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya