Download Terjemah Tafsir al-Jalalain

Download Terjemah Tafsir al-Jalalain

Dalam khazanah keilmuan Islam, ilmu tafsir menempati posisi sangat penting karena menjadi kunci untuk memahami Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam. Dari sekian banyak karya tafsir yang lahir sepanjang sejarah Islam, Tafsir al-Jalalain merupakan salah satu yang paling terkenal, populer, dan banyak dipelajari di berbagai dunia Islam, termasuk di pesantren-pesantren Nusantara.

Nama Tafsir al-Jalalain berarti “tafsir dua Jalal” karena ditulis oleh dua ulama besar yang memiliki nama depan sama, yakni Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi. Karya monumental ini menjadi representasi tafsir ringkas, padat, namun kaya makna, yang mampu menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan bahasa yang jelas dan sistematis.

Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Jalalain

Karya ini lahir di tengah perkembangan pesat ilmu tafsir pada masa Dinasti Mamluk di Mesir, sekitar abad ke-9 Hijriah (15 Masehi). Pada masa itu, ilmu tafsir telah mengalami kemajuan luar biasa dengan munculnya berbagai metode penafsiran yang beragam, mulai dari tafsir bi al-ma’tsur (berdasarkan riwayat) hingga tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan ijtihad).

1. Jalaluddin al-Mahalli (791–864 H / 1389–1459 M)

Beliau adalah ulama besar asal Kairo yang dikenal ahli dalam berbagai bidang, seperti tafsir, fikih, ushul fikih, dan bahasa Arab. Al-Mahalli termasuk ulama mazhab Syafi’i yang disegani karena ketajaman analisisnya dan ketelitian dalam berpendapat.

Ia memulai penulisan Tafsir al-Jalalain dari surah al-Kahfi hingga akhir al-Qur’an, serta surah al-Fatihah, namun wafat sebelum menuntaskan tafsir seluruhnya. Karena itulah, muridnya, Jalaluddin as-Suyuthi, kemudian melanjutkan karya besar tersebut.

2. Jalaluddin as-Suyuthi (849–911 H / 1445–1505 M)

As-Suyuthi adalah ulama produktif dan ensiklopedis dari Mesir yang menulis lebih dari 600 kitab di berbagai bidang ilmu, termasuk tafsir, hadis, sejarah, dan sastra. Ia melanjutkan pekerjaan gurunya dengan menafsirkan surah al-Baqarah hingga surah al-Isra’, sehingga lengkaplah tafsir 30 juz tersebut.

Dengan demikian, Tafsir al-Jalalain merupakan hasil kolaborasi lintas generasi antara guru dan murid, yang sama-sama memiliki otoritas keilmuan tinggi. Nama al-Jalalain (dua Jalal) diambil untuk menghormati keduanya sebagai penulis tafsir yang saling melengkapi.

Metodologi Penafsiran

Metode yang digunakan dalam Tafsir al-Jalalain termasuk dalam kategori tafsir ijmali (ringkas dan menyeluruh). Artinya, penafsiran dilakukan dengan menyajikan makna ayat secara umum dan jelas tanpa penjelasan panjang lebar atau analisis mendalam terhadap aspek kebahasaan, teologis, atau hukum.

Namun, meskipun ringkas, tafsir ini memiliki karakteristik ilmiah yang sangat kuat, karena tetap memperhatikan:

  1. Aspek bahasa (lughawi) — terutama gramatika Arab (nahwu dan sharaf).

  2. Asbab al-nuzul (sebab turunnya ayat) bila diperlukan untuk memperjelas makna.

  3. Keterkaitan antar ayat (munasabah) dalam satu konteks.

  4. Penjelasan makna global tanpa memperpanjang diskusi khilafiyah.

Metode ini menjadikan Tafsir al-Jalalain mudah dipahami oleh pembaca tingkat menengah, terutama para pelajar dan santri yang baru mempelajari ilmu tafsir.

Struktur dan Gaya Bahasa

Salah satu keunggulan Tafsir al-Jalalain adalah kesederhanaan bahasanya. Gaya penulisan yang digunakan sangat ringkas, padat, dan langsung menjelaskan maksud ayat. Tidak ada uraian panjang seperti dalam Tafsir al-Tabari atau Tafsir al-Qurtubi, namun setiap penjelasan selalu tepat sasaran.

Contohnya, dalam menafsirkan ayat:

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam).

Al-Mahalli menjelaskan dengan kalimat singkat:

Al-hamdu (pujian) yang sempurna hanya bagi Allah, Rabb al-‘alamin (pemilik dan pengatur seluruh makhluk).”

Kalimat ini tampak sederhana, tetapi mengandung kedalaman makna tauhid, rububiyyah, dan pengakuan terhadap keesaan Allah.

Sumber-Sumber Penafsiran

Para ulama menilai bahwa sumber utama Tafsir al-Jalalain adalah tafsir bi al-ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat sahih dari Al-Qur’an, hadis, dan perkataan sahabat). Namun, keduanya juga tidak menolak menggunakan tafsir bi al-ra’yi dengan argumentasi yang logis, selama tidak bertentangan dengan nash yang jelas.

Sumber-sumber utama yang sering dijadikan rujukan oleh kedua Jalal tersebut antara lain:

  1. Tafsir al-Tabari (Jami’ al-Bayan)

  2. Tafsir al-Baghawi

  3. Tafsir al-Khazin

  4. Tafsir al-Baydawi

  5. Karya-karya linguistik klasik, seperti al-Kasyaf karya al-Zamakhsyari.

Dengan dasar tersebut, Tafsir al-Jalalain mampu menampilkan keseimbangan antara riwayat dan analisis bahasa yang kuat.

Keistimewaan Tafsir al-Jalalain

Banyak alasan mengapa Tafsir al-Jalalain menjadi salah satu karya tafsir paling populer di dunia Islam, terutama di kalangan pesantren tradisional. Beberapa keistimewaannya antara lain:

1. Bahasa Ringkas dan Padat

Penjelasan ayat diberikan dengan sangat singkat namun jelas. Tidak ada kata berlebih, dan setiap kalimat ditulis untuk menyingkap makna inti dari ayat.

2. Fokus pada Makna Literal

Tafsir ini lebih menekankan pada makna zahir (literal) daripada makna batin (isyarat atau tafsir sufi). Hal ini menjadikannya mudah dipahami oleh berbagai kalangan tanpa perlu latar belakang teologis tertentu.

3. Menjadi Kitab Standar di Dunia Pesantren

Di Indonesia, Tafsir al-Jalalain menjadi kitab rujukan utama dalam pengajaran tafsir di pesantren salaf. Kitab ini biasa digunakan setelah santri menguasai dasar bahasa Arab, seperti Nahwu Wadhih, Jurumiyah, dan Imrithi.

4. Menjaga Netralitas Mazhab

Walau penulisnya bermazhab Syafi’i dan berafiliasi dengan teologi Asy’ari, tafsir ini relatif netral. Tidak terlalu memihak pada polemik fiqih atau teologis tertentu, kecuali pada hal-hal prinsip yang telah disepakati.

5. Popularitas Global

Tafsir ini telah diterbitkan dan diajarkan di berbagai negara Muslim: Mesir, Yaman, Turki, Maroko, Pakistan, India, hingga Asia Tenggara. Bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia dan Inggris.

Kritik terhadap Tafsir al-Jalalain

Walaupun sangat populer, Tafsir al-Jalalain tidak luput dari kritik para ulama dan akademisi modern. Beberapa kritik di antaranya:

  1. Penafsiran yang terlalu singkat sering kali membuat pembaca pemula kesulitan memahami konteks ayat sepenuhnya.

  2. Kurangnya penjelasan hukum fikih — tidak semua ayat hukum dijelaskan detail, karena fokusnya lebih pada makna bahasa.

  3. Minimnya riwayat hadis atau atsar — dibandingkan tafsir riwayat seperti Tafsir Ibn Kathir, al-Jalalain lebih sedikit mencantumkan sumber sanad.

  4. Penggunaan istilah teknis nahwu kadang menyulitkan pembaca yang belum menguasai tata bahasa Arab dengan baik.

Meski demikian, kelemahan ini tidak mengurangi nilai keilmuan tafsir tersebut, karena justru kesederhanaannya membuat Tafsir al-Jalalain menjadi jembatan awal bagi pelajar sebelum mendalami tafsir yang lebih kompleks.

Pengaruh dan Relevansi di Dunia Islam

1. Pengaruh di Dunia Akademik

Dalam dunia akademik Islam, Tafsir al-Jalalain sering dijadikan referensi dasar bagi mahasiswa tafsir dan ulumul Qur’an. Beberapa universitas Islam di Timur Tengah masih memasukkannya dalam kurikulum, karena dianggap sebagai tafsir klasik yang representatif.

2. Pengaruh di Dunia Pesantren Nusantara

Di Indonesia, Tafsir al-Jalalain menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi keilmuan pesantren. Banyak ulama besar Nusantara seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Musthofa, dan KH. Ahmad Dahlan yang menjadikan tafsir ini sebagai bahan pengajaran utama.

Bahkan, beberapa ulama menulis syarah (penjelasan) terhadap Tafsir al-Jalalain untuk memudahkan santri memahami isinya, seperti Marah Labid karya Nawawi al-Bantani yang menjadi tafsir lanjutan di dunia pesantren.

3. Relevansi Kontemporer

Meski ditulis lebih dari lima abad lalu, Tafsir al-Jalalain tetap relevan hingga kini. Di tengah maraknya tafsir modern yang menggunakan pendekatan sosiologis dan ilmiah, Tafsir al-Jalalain tetap menjadi rujukan otoritatif untuk memahami makna literal ayat dengan bahasa Arab yang murni.

Keseimbangan antara kejelasan makna, keakuratan bahasa, dan kesetiaan terhadap tradisi menjadikan tafsir ini tetap abadi dan dihormati oleh para cendekiawan.

Kesimpulan

Tafsir al-Jalalain merupakan karya besar dua ulama besar — Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi — yang memadukan keluasan ilmu, kejernihan bahasa, dan kesederhanaan metode. Karya ini tidak hanya menjadi tafsir paling populer di dunia pesantren, tetapi juga simbol keabadian tradisi keilmuan Islam klasik.

Dengan gaya penulisan yang ringkas, padat, dan ilmiah, Tafsir al-Jalalain mampu menjembatani pemula dalam memahami Al-Qur’an sekaligus menjadi panduan bagi para ulama untuk mengajarkan tafsir dengan metode tradisional yang tetap relevan di era modern.

Hingga kini, keberadaannya tetap menjadi bukti bahwa keindahan dan kedalaman makna Al-Qur’an dapat diungkapkan dengan cara yang sederhana namun mendalam — sebagaimana yang telah dilakukan dua ulama agung, Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, dalam Tafsir al-Jalalain.

About admin

Check Also

Download Terjemah Al-Aqaid al-Islamiyah Karya Sayyid Sabiq: Pilar Keimanan dan Pemikiran Islam

Download Terjemah Al-Aqaid al-Islamiyah Karya Sayyid Sabiq: Pilar Keimanan dan Pemikiran Islam

Download Terjemah Al-Aqaid al-Islamiyah Karya Sayyid Sabiq: Pilar Keimanan dan Pemikiran Islam – Dalam khazanah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Logo Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya