Fasal 20 : Penyucian Najis

Fasal 20 : Penyucian Najis

(فصل ) المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها .
والمتوسطة تنقسم إلى قسمين: عينية وحكميه . العينية : التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها .
Al-Mughollazhotu Tathhuru Bighoslihaa Sab’an Ba’da Izaalati ‘Ainihaa Ihdaahunna Bituroobin . Wal Mukhoffafatu Tathhuru Birosysyil Maa-i ‘Alaihaa Ma’al Gholabati Waizaalati ‘Ainihaa .
Wal Mutawassithotu Tanqosimu Ilaa Qismaini : ‘ Ainiyyatun Wa Hukmiyyatun . Al’Ainiyyatu Allatii Lahaa Launun Wa Riihun Wa Tho’mun Falaa Budda Min Izaalati Launihaa Wa Riihahaa Wa Tho’mihaa
Cara Membaca/Memaknai dalam Bahasa Jawa :
FASLUN “Utawi ikilah fasal” AL MUGHOLLADHOTU” utawi najis mugholadoh” IKU TATHURU “bisa suci” BISAB’IGHOSALAATIN “kelawan pitung basuhan” BA’DA IZAALATI’AYNIHAA “sewise ngilangaken ‘ain e najis mugholadoh” IHDAA HUNNA “utawi salah sawijine pitung basuhan” IKU BITUROOBIN “kelawan di campuri lebu” WAL MUKHOFFAFATU “lan utawi najis mukhofafah” IKU TATHURU “bisa suci” BIROSYIL MAA I “kelawan milih aken banyu” ‘ALAIHAA “ing atas e najis mukhofafah” MA’AL GHOLABATI “serta ne nglindih” WA IZAA LATI’AINIHAA “lan ngilang aken ‘ain e najis mukhofafah” WAL MUTAWAA SITHOTU “lan utawi najis mutawasitoh” IKU TANQOSIMU “kebagi” ‘ALA QISMAINI “ing atas e rong bagian” ‘AINIATUN “siji najis mutawasitoh kang bangsa ‘ainiah” WA HUKMIYATUN “lan najis mutawasitoh kang bangsa hukmiyah”
AL ‘AYNIYATU “utawi najis mutawasitoh kang bangsa ‘ainiyah” IKU ALLATII LAHAA LAWNUN “kang ana werna” WA RII HUN “lan ana ambu” WA THO’MUN “lan ana rasa” FALAA BUDDA “mangka ora kena ora” MIN IZZALATI LAWNIHAA “saking ngilang aken werna ne najis mutawasitoh kang bangsa ‘ainiyah” WA RII HIHA “lan ambu ne najis mutawasitoh kang bangsa ‘ainiyah” WA THO’MIHA “lan rasa ne najis mutawasitoh kang bangsa ‘ainiyah”
WAL HUKMIYATU “lan utawi najis” “mutawasitoh kang bangsa hukmiyah” IKU ALLATII LAA LAUNUN “kang ora ana werna” WA LAA RIIHUN “lan ora ana ambu” WA LAL THO’MUN “lan ora ana rasa” YAKFIKA “nyukupi ing sira” OPO JARIYULMAA I “milih aken banyu” ‘ALAIHAA “ing atas e najis mutawasitoh kang bangsa hukmiyah.”
Arti/Makna dalam Bahasa Indonesia :
Najis Mughollazhoh atau najis berat bisa suci yaitu dengan membasuhnya 7 kali sesudah menghilangkan dzatnya(rupanya najis itu) salah satunya dengan tanah . Dan najis Mukhoffafah atau najis ringan bisa suci yaitu dengan memercikkan air diatasnya serta rata dan sudah hilang dzatnya.
Dan najis Mutawassithoh atau najis sedang terbagi kepada 2 bagian : ‘Ainiyyah dan Hukmiyyah . Adapun ‘ainiyyah yaitu sesuatu yg baginya ada warna dan bau dan rasa maka tidak boleh tidak dari menghilangkan warnanya dan baunya dan rasanya . Dan najis hukmiyyah yaitu yg tidak ada warna dan tidak ada bau dan tidak ada rasa maka cukup mengalirkan air diatasnya .
Keterangan :
Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Cara Penyucian Pada Tiga Macam Najis
1- Najis Mugholladzoh. (Berat)
Najis yang berat yaitu anjing, babi dan anak yang lahir dari keduanya.
Cara mensucikannya ialah dicuci bersih dengan air 7 kali dan salah satunya wajib dicuci dengan tanah.
Cara ini berdasarkan sabda Rasulallah saw: “Sucinya tempat (perkakas) seseorang diantara kamu apabila telah dijilat oleh anjing, adalah dengan dicuci tujuh kali. Permulaan diantara pencucian itu (harus) dicuci dengan tanah”. (HR. Muslim)
2- Najis Mukhofafah (Ringan)
Ialah najis yang ringan, seperti air kencing anak laki-laki yang usianya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa, selain air susu ibunya.
Cara membersihkannya, cukup dengan memercikkan air bersih pada benda yang terkena najis.
Rasulallah saw bersabda: “Barangsiapa yang terkena air kencing anak wanita, harus dicuci. Dan jika terkena air kencing anak laki-laki cukuplah dengan memercikkan air padanya”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim)
3- Najis Mutawassithah (Sedang)
Cara mensucikan najis mutawasithah (sedang) yaitu dicuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
Najis mutawassithah terbagi atas dua bagian:
1. Najis ‘Ainiah
Najis ‘Ainiah yaitu najis yang memiliki bentuk atau wujud dan bisa dilihat oleh mata. Ia memiliki warna, rasa dan bau. Kalau terkana najis ini, cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya sampai hilang warna, rasa dan baunya. Semasih najis itu belum hilang salah satu dari zatnya yaitu warna, rasa dan baunya, maka hukum benda itu masih tetap najis. Jika warna dan bau belum juga hilang setelah dicuci karena mendapat kesulitan maka hukum benda itu suci.
2. Najis Hukmiah
Najis Hukmiyah yaitu najis yang tidak memiliki bentuk atau wujud dan tidak bisa dilihat oleh mata. seperti kencing yang sudah kering. Kalau terkana najis ini, cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada bekas najis tersebut.
Catatan :
“Madzi” ialah air seperti lendir yang keluar dari kemaluan sewaktu timbul birahi dan jika ingin shalat tidak usah mandi cukup dengan mecucinya sampai bersih dan wudhu.
“Madi” ialah air seperti lendir yang keluar dari kemaluan karena sakit diantaranya keputihan dan jika ingin shalat tidak usah mandi cukup dengan mencucinya sampai barsih dan wudhu.

About admin

Check Also

Fasal 26 : Niat Sholat Fardhu, Sunnah, dan Mutlak

Fasal 26 : Niat Sholat Fardhu, Sunnah, dan Mutlak

Fasal 26 : Niat Sholat Fardhu, Sunnah, dan Mutlak (فصل) النيه ثلاث درجات : إن …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Logo Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya