Ta‘lim al-Muta‘allim: Kitab Adab dan Pedoman Bagi Penuntut Ilmu

Ta‘lim al-Muta‘allim: Kitab Adab dan Pedoman Bagi Penuntut Ilmu

Pendahuluan

Dalam sejarah pendidikan Islam, terdapat banyak karya ulama yang menjadi pedoman bagi para penuntut ilmu dalam menapaki jalan keilmuan dan spiritual. Salah satu karya yang paling masyhur dan abadi sepanjang masa adalah Ta‘lim al-Muta‘allim Thariq at-Ta‘allum karya Syaikh Az-Zarnuji. Kitab ini tidak hanya dikenal di dunia Islam Timur Tengah, tetapi juga sangat populer di Asia Tenggara, terutama di pesantren-pesantren di Indonesia.

Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim merupakan panduan etika dan adab bagi pelajar, agar ilmu yang dipelajari membawa manfaat dunia dan akhirat. Ia bukan sekadar buku teks tentang cara belajar, tetapi juga karya yang mengajarkan nilai, keikhlasan, kesabaran, serta hubungan antara murid dan guru dalam bingkai spiritualitas Islam.


Latar Belakang Penulis: Syaikh Az-Zarnuji

Nama lengkap penulis kitab ini adalah Burhānuddīn al-Islam al-Zarnuji. Ia hidup sekitar abad ke-6 H (12–13 M), pada masa keemasan ilmu pengetahuan Islam di kawasan Asia Tengah. Julukan al-Zarnuji menunjukkan bahwa ia berasal dari kota Zarnuj, sebuah wilayah di daerah Transoxiana (sekarang bagian dari Uzbekistan).

Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang memuat rincian kehidupan beliau, para sejarawan sepakat bahwa Az-Zarnuji merupakan seorang ulama besar yang memiliki perhatian mendalam terhadap bidang pendidikan dan adab. Ia menyusun Ta‘lim al-Muta‘allim setelah mengamati banyak pelajar yang gagal memperoleh manfaat dari ilmu karena tidak memperhatikan adab, niat, dan tata cara belajar yang benar.

Dalam mukadimah kitabnya, Az-Zarnuji menulis bahwa ia menyusun kitab ini berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil pengamatan terhadap perilaku murid-murid di berbagai tempat. Ia ingin menuntun para penuntut ilmu agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, sehingga ilmu mereka membawa berkah dan kemuliaan.


Isi dan Struktur Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim

Kitab ini terdiri dari 13 bab utama, masing-masing membahas aspek penting dalam proses mencari ilmu. Berikut ringkasan isi pokoknya:

1. Tentang Hakikat dan Keutamaan Ilmu

Bab pertama membahas keutamaan ilmu dan kedudukan ulama dalam Islam. Az-Zarnuji menegaskan bahwa ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Ia mengutip hadis Rasulullah ﷺ:

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah)

Menurut beliau, ilmu adalah warisan para nabi, dan orang yang menuntut ilmu sejatinya sedang berjalan di jalan para rasul. Namun, ilmu yang dimaksud bukan sekadar pengetahuan duniawi, melainkan ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama.

2. Tentang Niat Dalam Menuntut Ilmu

Az-Zarnuji menegaskan bahwa niat merupakan fondasi utama dalam menuntut ilmu. Seseorang harus menata niatnya agar ikhlas semata-mata karena Allah, bukan untuk memperoleh pangkat, jabatan, atau pujian.

Beliau mengingatkan:

“Barang siapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itu akan menjadi sebab kehancurannya.”

Dengan demikian, ilmu harus menjadi sarana untuk beramal saleh, memperbaiki diri, dan menolong orang lain. Tanpa niat yang benar, ilmu tidak akan membawa keberkahan.

3. Tentang Memilih Ilmu, Guru, dan Teman

Dalam bab ini, Az-Zarnuji menasihatkan agar pelajar berhati-hati dalam memilih ilmu yang dipelajari. Ilmu yang utama adalah ilmu agama, karena ia menjadi petunjuk menuju keselamatan akhirat.

Guru juga memiliki peran besar. Murid hendaknya memilih guru yang saleh, berilmu luas, berakhlak mulia, dan memiliki sanad keilmuan yang jelas. Hubungan antara murid dan guru diibaratkan seperti hubungan antara pasien dan dokter: murid harus patuh, rendah hati, dan menerima nasihat dengan ikhlas.

Selain itu, teman belajar juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan menuntut ilmu. Az-Zarnuji menegaskan agar pelajar menjauhi teman yang malas, suka berbuat maksiat, atau gemar berdebat tanpa ilmu.

4. Tentang Menghormati Ilmu dan Ulama

Bab ini menekankan pentingnya adab terhadap ilmu dan ulama. Seseorang tidak akan memperoleh manfaat dari ilmu tanpa menghormati gurunya. Az-Zarnuji menulis:

“Ilmu tidak akan memberi manfaat kecuali bagi orang yang menghormati ilmu dan ahlinya.”

Contoh adab kepada guru antara lain: tidak mendahului bicara, tidak duduk lebih tinggi darinya, tidak memotong pembicaraan, dan selalu mendoakannya. Demikian pula terhadap kitab dan alat belajar, harus dijaga kebersihan dan kehormatannya.

5. Tentang Kesungguhan, Ketekunan, dan Waktu Belajar

Dalam pandangan Az-Zarnuji, kesungguhan (jiddiyyah) adalah kunci keberhasilan. Ia menganjurkan agar pelajar memanfaatkan waktu sebaik mungkin, terutama di usia muda. Ia menulis:

“Barang siapa tidak menanam di masa muda, maka tidak akan menuai di masa tua.”

Belajar sebaiknya dilakukan secara terus-menerus dengan semangat dan kesabaran, tidak mudah putus asa. Ia juga menekankan pentingnya muraja‘ah (mengulang pelajaran), karena ilmu mudah hilang jika tidak diulang.

6. Tentang Tawakkal dan Menyerahkan Hasil Kepada Allah

Pelajar dianjurkan untuk berusaha maksimal, namun hasilnya diserahkan kepada Allah. Tawakkal bukan berarti pasif, tetapi menyerahkan buah usaha setelah melakukan ikhtiar terbaik. Az-Zarnuji mengingatkan bahwa rezeki, termasuk rezeki ilmu, telah diatur oleh Allah; manusia hanya wajib berusaha dengan adab yang benar.

7. Tentang Wara’, Zuhud, dan Menjaga Diri dari Hal Haram

Ilmu tidak akan menetap di hati yang kotor. Oleh karena itu, pelajar wajib menjaga diri dari perbuatan maksiat, makanan haram, dan hal-hal syubhat (meragukan). Beliau menulis:

“Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

Pelajar juga dianjurkan untuk hidup sederhana (zuhud), tidak silau oleh harta, serta menjauhi kesenangan dunia yang melalaikan.

8. Tentang Kesabaran dan Keteguhan Hati

Menuntut ilmu membutuhkan kesabaran luar biasa. Banyak cobaan, keterbatasan, dan rintangan yang harus dilalui. Az-Zarnuji mencontohkan para ulama terdahulu yang rela menempuh perjalanan jauh, hidup miskin, bahkan tidur di masjid demi mendapatkan ilmu.

Kesabaran dalam mencari ilmu adalah bukti keikhlasan. Tanpa kesabaran, seseorang akan cepat menyerah sebelum mencapai tujuan.

9. Tentang Memanfaatkan Ilmu

Az-Zarnuji menegaskan bahwa tujuan akhir dari menuntut ilmu adalah mengamalkannya. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Oleh karena itu, pelajar wajib mengamalkan ilmunya untuk kebaikan diri, keluarga, dan masyarakat.

Ia mengutip pepatah:

“Ilmu yang tidak diamalkan adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”

10. Tentang Menjaga Waktu dan Manfaatnya

Waktu adalah modal utama seorang penuntut ilmu. Setiap detik yang terbuang tanpa manfaat akan menjadi penyesalan di masa depan. Az-Zarnuji menekankan pentingnya manajemen waktu dan menjauhi kesibukan yang tidak berguna, seperti banyak bicara, bermain, atau tidur berlebihan.

11. Tentang Keberkahan Ilmu

Keberkahan ilmu bukan hanya banyaknya pengetahuan, tetapi sejauh mana ilmu itu memberi manfaat dan mendekatkan seseorang kepada Allah. Ilmu yang penuh berkah adalah ilmu yang disertai adab, kerendahan hati, dan kasih sayang terhadap sesama.

12. Tentang Doa dan Tawassul

Az-Zarnuji mengajarkan agar pelajar senantiasa berdoa sebelum dan sesudah belajar. Doa adalah bentuk pengakuan bahwa ilmu datang dari Allah. Ia juga menganjurkan untuk bertawassul (berperantara doa) melalui para guru dan orang saleh, agar memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu.

13. Tentang Penyebab Hilangnya Ilmu

Bab terakhir mengingatkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan hilangnya ilmu dari hati seseorang, di antaranya: sombong terhadap guru, tidak menjaga kebersihan hati, banyak berbuat dosa, malas mengulang pelajaran, dan tidak mengamalkan ilmu.

Az-Zarnuji menutup kitabnya dengan doa agar Allah menjadikan ilmu kita bermanfaat dan diberkahi.


Nilai-Nilai Pendidikan dalam Ta‘lim al-Muta‘allim

Kitab ini bukan hanya panduan akademik, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang mendalam, antara lain:

  1. Keikhlasan – Ilmu harus dicari semata-mata karena Allah, bukan demi kepentingan dunia.

  2. Adab dan Akhlak – Etika terhadap guru, teman, dan ilmu menjadi kunci keberhasilan.

  3. Kesabaran dan Disiplin – Menuntut ilmu memerlukan waktu, ketekunan, dan konsistensi.

  4. Kemandirian dan Tawakkal – Pelajar diajarkan untuk berusaha tanpa bergantung kepada selain Allah.

  5. Amal dan Pengabdian – Ilmu harus diamalkan dan digunakan untuk kemaslahatan umat.


Relevansi Ta‘lim al-Muta‘allim di Era Modern

Meski ditulis berabad-abad yang lalu, Ta‘lim al-Muta‘allim tetap relevan hingga hari ini. Di tengah arus modernisasi dan kemajuan teknologi, banyak pelajar yang menguasai pengetahuan tetapi kehilangan adab dan keikhlasan. Mereka cerdas secara intelektual, namun miskin moral dan spiritual.

Kitab ini mengingatkan bahwa ilmu bukan hanya soal kepintaran, melainkan juga soal karakter dan hati. Dalam konteks pendidikan modern, ajaran Az-Zarnuji dapat diintegrasikan dengan sistem pembelajaran untuk membentuk manusia yang berilmu sekaligus berakhlak mulia.

Pesan-pesan seperti menghormati guru, menjaga waktu, dan menghindari kesombongan sangat penting dalam membangun budaya belajar yang beradab. Dengan menghidupkan nilai-nilai Ta‘lim al-Muta‘allim, pendidikan modern akan lebih bermakna dan seimbang antara ilmu dan akhlak.


Penutup

Ta‘lim al-Muta‘allim adalah warisan intelektual Islam yang abadi. Ia bukan sekadar kitab adab, tetapi juga cermin dari filosofi pendidikan Islam yang menekankan keseimbangan antara ilmu, amal, dan akhlak.

Syaikh Az-Zarnuji mengajarkan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu mengamalkannya dengan ikhlas dan bermanfaat bagi sesama. Dalam setiap babnya, kita diajak untuk menyucikan niat, menghormati guru, memanfaatkan waktu, dan menjadikan ilmu sebagai jalan menuju Allah.

Kitab ini layak untuk terus dipelajari, khususnya oleh generasi muda yang haus akan makna sejati dari menuntut ilmu. Sebab, sebagaimana pesan Az-Zarnuji:

“Ilmu tidak akan menetap di hati yang sombong dan lalai. Ia hanya menetap dalam hati yang rendah hati, bersih, dan penuh hormat.”

Dengan demikian, Ta‘lim al-Muta‘allim bukan hanya kitab klasik, tetapi juga cermin abadi bagi siapa saja yang ingin menjadi pencari ilmu sejati — yang berilmu, beramal, dan beradab.

Unduh gratis terjemah Kitab Ta’lim al-Muta’alim : UNDUH / Baca secara online di bawah.

About admin

Check Also

Mabadi’ al-Awaliyyah: Dasar Ilmu dalam Tradisi Pendidikan Islam

Mabadi’ al-Awaliyyah: Dasar Ilmu dalam Tradisi Pendidikan Islam

Mabadi’ al-Awaliyyah: Dasar Ilmu dalam Tradisi Pendidikan Islam Pendahuluan Dalam tradisi keilmuan Islam, terdapat sebuah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Logo Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya | Selamat Datang di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya